PerbedaanCerpen dan Novel yang Perlu Diketahui, Ini Penjelasannya Headline adalah Judul Pokok Suatu Karya, Ketahui Jenis dan Cara Membuatnya. Setiap hari, ia harus membawa domba-domba itu ke ladang berumput dan mengawasinya saat mereka merumput. Namun, bocah itu tidak bahagia dan tidak ingin membawa domba ke ladang.

Hai Sobat Guru Penyemangat, menurutmu, seberapa penting perilaku disiplin dalam kehidupan sehari-hari?Tentu saja sangat penting, ya, karena biasa perilaku disiplin bakal menjadi kebiasaan dan ciri khas seseorang selama cerita disiplin waktu di kelas maupun di rumah adalah hal yang sepele, tapi yakinlah bahwa perilaku kebaikan mengantarkan kebaikan sini telah menyiapkan contoh cerpen tentang pentingnya perilaku disiplin terutama membiasakannya sejak langsung disimak saja yaCerpen Disiplin Sejak DiniOleh Fahmi Nurdian SyahDi sebuah Desa dengan penghuni yang tidak banyak, karena mulai bergiliran manusia yang hengkang. Bukan karena Desa itu seram melainkan mendapatkan pekerjaan di luar sebuah rumah yang sedikit menjorok ke dalam dengan sinar yang agak redup. Dari arah luar terdengar suara gemuruh di dalam rumah tersebut. “Dimulai dari memasukkan buku-buku yang berukuran besar. Kemudian disusul dengan buku-buku yang berukuran lebih kecil. Setelah itu barulah kamu taruh kotak pensilmu di atasnya. Ingat, jangan sampai kamu salah dalam mengurutkannya. Karena jika kamu salah, maka akan membuat tasmu berantakan, dan tentu saja ketika kamu menggendong tasnya, punggungmu akan terasa tidak nyaman. Hal tersebut terjadi karena komposisi ruang di dalam tasmu tidak benar" ucap penjelasan berhenti sampai di situ, Ibu kembali menjelaskan tata cara menata sekaligus menyusun perlengkapan sekolah ke dalam tas dengan komposisi yang berbeda. “Dan jika terdapat jadwal olahraga, kamu harus membawa seragam olahraga, kamu harus pastikan bahwa seragammu itu terlipat dengan rapi terlebih dahulu. Baik sebelum kamu pakai ataupun sesudahnya. Dan berjanjilah kamu untuk selalu melakukan hal tersebut. Paham kan, Beny?” tanya Ibu mengakhiri Baca Cerpen Tentang Berkata BaikSementara aku tidak mengeluarkan sepatah kata dan hanya membalasnya dengan menganggukkan kepala. Malam itu merupakan malam persiapanku untuk masuk sekolah dasar, karena besoknya adalah hari pertamaku menginjakkan kaki di sekolah, duduk di bangku dan mendengarkan penjelasan sudah mengajariku bagaimana cara menata alat tulis atau perlengkapan sekolah ke dalam tas dengan rapi. Ia ingin aku bisa mandiri dan disiplin sejak dini. Semenjak awal masuk sekolah sampai sekarang, aku selalu menepati janji kepada Ibu. Semua alat tulis yang aku bawa tersusun rapi di dalam tas termasuk seragam Ibu memang benar-benar mengeceknya setiap hari. Baik sepulang sekolah maupun saat setelah belajar di malam saja aku salah dalam menatanya, maka Ibu langsung menyuruhku untuk suatu hari, saat masih duduk di kelas 3, bekal air minumku habis pada jam terakhir pelajaran. Aku yang sudah merasa sedikit kelelahan dengan tak sabar memasukkan buku, baju olahraga dan botol air minum secara sembarangan ke dalam ketika sesampai di rumah, saat Ibu mengecek dan melihat isi tasku yang berantakan, ia langsung marah dan membanting tasku ke lantai. Hal tersebut membuatku sedikit ketakutan dan seketika langsung meminta maaf sambil meneteskan air terlihat sangat jengkel melihat perilakuku yang tidak rapi. Namun ia merasa iba dan lekas memaafkanku. Ia memeluk tubuhku yang mungil dan segera membantuku menyusun kembali buku-buku itu sampai benar-benar rapi yang sesuai harapannya. Namun sungguh, kala itu aku benar-benar tidak tahu alasan kenapa Ibu begitu bersikap tegas mengenai kerapian menata bukanlah seorang juga tidak mengerti tentang fotografi dan cara mendesain sesuatu dengan baik. Ia hanya seorang wanita paruh baya lulusan SMP yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Ibu memiliki kebiasaan seperti menjahit dan membuat bunga-bunga tiruan dari barang yang sudah tidak terpakai. Dan kadang hal tersebut bisa mendatangkan beberapa peminat untuk membeli hasil pernah berpikir bahwa teman-teman di kelas mungkin tidak ada yang mendapat perlakuan yang sama tua mereka pasti bisa memaklumi keadaan jika anaknya ceroboh atau kurang peduli terhadap kerapian isi tas mereka. Jadi, ibuku jelas selalu berkata bahwa segala sesuatu yang tersusun dengan rapi akan terlihat indah untuk dipandang dan nyaman ketika memberikan kenyamanan, kita juga akan mendapatkan ketenangan. Dengan memahami dan menjalani bahwa hidup memang harus teratur akan membuat adanya keseimbangan. Maka dari itulah aku tidak pernah berani untuk menolak berbagai aturan yang Ibu terapkan kepadaku. Dan Ibu juga berhak untuk marah jika aku melanggar ketentuan yang telah ia ajarkan kepadaku.*Nah, demikianlah tadi contoh cerpen tentang pentingnya perilaku disiplin sejak dini, baik itu disiplin waktu, serta disiplin di kelas dan dengan tidak membuang-buang waktu kita sebenarnya sedang belajar untuk enggan melewatkan waktu yang berharga untuk hal yang semoga cerpen di atas bermanfaat dan menginspirasi

CerpenOnline merupakan blog yang dibuat untuk memudahkan pembaca cerpen agar dpat dilakukan dimana dan kapan saja. kamu yang sabar ya” Menuntaskan kematian tentang sahabat saya dan Mas Daniel juga saya berhasil menemukannya. Saya banyak belajar dari Mas Daniel juga Pak tentang cara-cara menyelesaikan sebuah kasus.”

Hai Sobat Guru Penyemangat, apakah kamu adalah kakak yang sayang terhadapa adikmu, atau kamu adalah adik yang disayang oleh kakakmu?Ehem. Kisah kakak-adik memang penuh dengan suka duka, ya. Yang namanya saudara kandung tentu memiliki rasa saling peduli yang saja, tidak semua orang bisa menginterpretasikan kepedulian itu dengan cara yang sama. Seperti hasil penjumlahan dari angka dua. Tidak hanya 1+1, namun 9-7, 3-1, dan 0+2 hasilnya sama dengan berarti bahwa banyak jalan untuk menghadirkan di sini bakal menyajikan cerpen inspiratif tentang kakak yang sayang terhadap disimak yaCerpen Ayum di Kala HujanOleh Fahmi Nurdian SyahAyum adalah bocah yang gemar sekali memakai kaus oblong, berencana bermain bola bersama kawan sekampungnya setelah menghabiskan makan lodeh sisa kemarin terasa asin setelah beberapa kali dihangatkan, telah dilahap habis dalam sekejab karena lapar, Ayum hanya tidak sabar untuk bergabung bersama teman-teman yang menunggunya di lapangan dekat baru saja ia meletakkan piring kotor ke sumur, rintik gerimis mulai berjatuhan di atas kepala ia berlari mengentas pakaian kering yang dijemur di samping rumah dan membawanya masuk. Ibunya sedang tidak di rumah saat ini, bantu-bantu di acara pernikahan Mbak Dewi, anak kepala desa yang rumahnya berjarak cukup jauh dengan rumah ia dipasrahi ibunya untuk mengurus beberapa pekerjaan rumah menggantikan semakin lebat, tapi tak memadamkan niatnya untuk bermain bola, mau hujan-hujanan sekali pun. Toh, ia berencana pulang sebelum ibunya sampai di rumah Magrib. Ibunya tidak akan tahu, bisa marah kalau sampai ketahuan.“Mas, mau ke mana?” Suara lirih itu muncul ketika Ayum sampai di ambang pintu depan. Maya, adik perempuan Ayum baru saja bangun dari tidur siangnya. “Ke lapangan, kamu kok udah bangun, May. Kan baru sebentar kamu tidurnya,” tukas Ayum. “Jangan pergi, Mas, nanti aku sendirian.” Maya mulai merengek. “Sebentar aja, kok. Maya kan udah kelas satu, pasti berani jaga rumah sendirian.”Wajah Maya semakin tertekuk dan memerah, tiba-tiba tangisnya pecah. Dengan memelas gadis itu menghampiri abangnya.“Kok nangis sih, May? Biasanya kan kamu main di rumah sendirian!”Ayum mulai menaikkan suaranya kesal, hujan telah melebat, meski samar ia bisa mendengar sorak sorai dari telah bersenang-senang tanpanya, sementara Maya bersikukuh menahannya di rumah. Tangisan Maya semakin kencang, tangan mungilnya meraih ujung kaus Ayum sambil menarik-nariknya kecil. “Jangan tinggalin!”Semua suara seolah meledak-ledak dalam telinga Ayum membuat kepalanya serasa berputar, dalam hatinya ia dongkol karena rencananya hancur berkeping-keping dalam laki-laki tersebut mendorong adiknya hingga terjerembab ke lantai, Maya semakin histeris.“Diam dong, May! Jangan nangis lagi!” seru Ayum setengah panik, agaknya ia langsung merasa menyesal sampai hati memperlakukan adiknya seperti hampiri Maya yang masih terduduk di lantai dan membantunya berdiri. Kemudian ia baru menyadari sesuatu yang salah.“May, kamu ….” Ayum menyentuh kening Maya yang telah basah oleh keringat. Suhunya panas. “Kamu sakit, May?” Ayum jawaban berarti yang keluar dari mulut Maya selain rintihan dan kilas ingatan tadi pagi terputar di otaknya, ketika ibunya berpesan untuk mengurus rumah saat kepergiannya juga menjaga adik hanya mengiyakan saja saat itu, bahkan tak menyadari Maya yang sejak pagi tidak keluar dari saja ibunya telah memberitahunya bila Maya sedang demam, namun Ayum tak mendengarkan lantaran sibuk dengan tayangan kartun favoritnya di ibunya telah memberi amanah padanya, bagaimana bisa ia sampai lalai dan membuat adiknya kesakitan seperti ini?“May, kamu tunggu sebentar, ya?” Ayum bergegas meluncur ke bufet di tengah ruangan, membuka laci di sayap kiri tempat ibunya biasa menaruh obat dan salep di ia hanya menemukan wadah tablet kosong obat pereda demam anak yang biasa ibu berikan pada Maya saat cara mendapatkan obat itu adalah membelinya di toko kelontong milik Pak Samin di RT sebelah. Cukup jauh kembali kepada Maya yang masih berdiri gamang, berusaha meredakan isakannya. “May, obatmu habis, Mas harus beli ke toko. Kamu Mas tinggal sebentar, ya?”“Enggak mau … jangan tinggalin aku, Mas. Maya takut sendirian.”Ayum bisa paham, di hujan selebat itu rawan pemadaman listrik secara tiba-tiba di daerahnya. Mana tega ia membiarkan Maya sendirian di rumahnya yang Ayum memutar otak, kaki lincahnya berlari ke teras yang telah dibanjiri kubangan air hujan. Kepalanya melongok ke kanan dan ke kiri tak sabar.“Mbah! Mbah Woh!” seru Ayum berusaha memanggil sosok tua yang sedang menyapu air hujan dari lantai teras di sebelah rumah, dipanggil tak menyahut, tidak dengar. Suara Ayum kalah dengan suara gemas Ayum berlari menembus tirai hujan menghampiri Mbah Woh. Alangkah terkejutnya beliau melihat bocah gundul itu sekonyong-konyong muncul di sisi terasnya.“Duh Ayum, kaget aku! Kirain tuyul!”Biasanya Ayum akan mencak-mencak tak terima setelah dikatain “tuyul” oleh Mbah Woh seperti kali ini ia sama sekali tidak sempat, kekhawatirannya terhadap Maya jauh lebih menguasainya.“Boleh minta tolong jagain Maya? Aku mau beli obat buat dia,” jelas Ayum langsung.“Loh, Nduk Maya lagi sakit?”“Iya Mbah, aku enggak lama, Kok!” Ayum Woh seketika meletakkan sapu ijuk yang dipakainya. “Iya kamu pergi sana biar Maya mbah yang jagain, hati-hati lagi hujan jalanan licin. Pakai paying, kan?”“Aku naik sepeda, Mbah. Lebih cepat.”Mbah Woh mengangguk. Maya telah aman bersama Mbah Woh di rumah. Dengan tergesa, Ayum menuntun sepeda usangnya keluar dari kayuh pedal sepedanya sekuat yang ia bisa, jalanan utama di kampungnya masih berupa tanah setapak yang langsung berubah jadi kubangan lumpur ketika musim medan yang dilauinya membuat Ayum lebih berhati-hati, ia tak ingin jatuh dan membuat badannya bau melewati padang lapangan yang dipenuhi kawan sepermainannya. Bocah itu hanya menatap mereka getir sembari terus mengayuh sepedanya.“Woy! Ipin mau kemana?” tegur Ali, salah seorang temannya yang kerap mengusilinya dengan memanggilnya “Ipin”.“Aku enggak main dulu!” balas Ayum sambil memelesat melintasi hujan yang sedari tadi mengguyurnya tanpa ampun kini mulai membuat tubuh kurus bocah kelas enam sekolah dasar tersebut menggigil dari ujung kepala plontosnya hingga ke ujung jari melewati jalanan utama ia akan lebih lambat sampai ke tujuan, Ayum pun membanting setang sepedanya belok melewati gang kecil di antara kebun terong dan di sana hamper banjir oleh air yang telah naik melewati parit. Bagai mengayuh dalam air, kakinya terasa amat bukan Ayum namanya kalau ia menyerah begitu depan terdapat pohon tua gundul yang cabangnya menjorok ke atas seperti jari-jari menyeramkan milik penyihir di televisi, di situlah ia harus berbelok, melewati jalan menurun yang membayangkan dirinya berada di atas tubuh seekor naga berbentuk ular yang melaju kencang menembus dan mulus, itu yang ia harapkan hingga dilihatnya persimpangan yang menunjukkan jalan yang lebih lapang di depan. Ia nyaris Samin sedang menyeruput kopi hangatnya di emperan toko yang teduh ketika Ayum baru sampai di tokonya. “MasyaAllah! Kamu sampai hujan-hujanan gini ke toko mau beli apa, Nak?” tanya Pak Samin cenderung heran. “Obat Pak, cepat! Maya lagi sakit di rumah!”Hujan sedikit mereda ketika Ayum berada di perjalanan pulang, kantung plastik yang ia gantung di setangnya telah ia parkirkan sepedanya sembarangan di halaman yang berlumpur, Ayum bergegas masuk. Hanya saja ia tak menyangka, sang ibu telah berada di kamar Maya bersama adiknya yang telah terlelap. “Ibu … Maya udah tidur?” tanya Ayum.“Baru saja, dia manggilin kamu terus, loh. Kamu dari toko kata Mbah Woh?” jawab ibunya kalem. Wajahnya datar tak menampakkan ekspresi yang sadar bahwa ia langsung masuk ke rumah tanpa mengeringkat kakinya atau badannya terlebih langsung terkatup, melirik ibunya ragu. Takut ibunya akan marah selepas ini, beliau paling tak suka ada lumpur di lantai rumah.“Eh Kak Ayum udah pulang, obatnya udah dapat?” sambut Mbah Woh yang muncul dari arah dapur, membawa senampan teko berisi minuman hangat—kentara dari uap yang menyembul keluar—dan beberapa mengangguk pelan tanpa berminat menjawab.“Ibu lupa kasih tau kalau obatnya Maya ibu taruh di atas kulkas.” Kali ini ibunya kembali bicara, wajah ayunya yang semakin dipenuhi keriput tersenyum tipis.“Kamu langsung beli obat baru rupanya, rumah udah dirapikan, jemuran juga sudah diangkat. Ibu senang kamu kakak yang bisa diandalkan.”“Bapak di surga pasti juga bangga sama Ayum.” Ibunya melanjutkan, Ayum semakin bungkam menahan tangis haru.~ Selesai ~

Berkatbimbinganmu yang sabar Jasamu tidak terpandang Pengalamanmu sukar dinalar. Guru ( bimbel ) ku. Demikian tanya-jawab tentang Buatlah (bisa dipilih) cerpen atau puisi tentang hari guru ! #SelamatHariGuru# #25November#, semoga dengan ini bisa membantu menyelesaikan masalah kamu.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aku dari kecil mempunyai cita-cita mempunyai profesi mulia yakni "GURU".Saat aku duduk dibangku sekolah selalu mempunyai penilaiam seorang guru adalah sosok termulia di dunia. Menjadi tauladan bagiku berseragam rapi bertutur kata lembut,penuh kasih sayang terhadap semua orang Guru favoritku saat di bangku SD seorang ibu guru yang cantik ramah bernama" ibu ratih ".Hari berganti bulan berganti tahun diriku sudah lulus SMA saat menerima ijazah kelulusan SMA mama dan papa bertanya padaku"Kamu mau masuk kuliah ke mana?" Tanpa panjang lebar aku menjawab pertanyaan mama dan papa, "Aku mau masuk kuliah ke universitas pendidikan biar aku bisa menjadi GURU ma pa". Mama dan papaku bahagia dan bangga aku memilih universitas pendidikan. Mereka memelukku dengan erat penuh harapan diriku pasti menjadi bergegas menyuruhku memilih universitas pendidikan terbaik. Akhirnya aku mengikuti tes penerimaan mahasiswa baru di universitas pendidikan. Selang beberapa bulan pengumuman kelulusan penerimaan mahasiswa universitas pendidikan tertera namaku lulus dengan nilai berusaha belajar dengan serajin mungkin untuk mencapai nilai terbaik lulus dengan predikat sarjana 1 aku lewati dengan IPK terbaik di fakultas pendidikan nilai IPK terbaik, namaku terkenal difakultas dan kampungku. Malam berganti pagi yang indah cerah angin bertiup sejuk penuh sosok seorang lelaki dewasa berseragam rapih mengetuk pintu rumahku, "Tok, tok, tok," suara di balik pintu "Assalamualikum, selamat pagi" suara sang lelaki berseragam Tak lama kemudian mama membuka pintu, "Waalaikum salam, anda bapak kepalah sekolah di SD sebelah y pak"."Maaf ada perlu apa ya pak ?" tanya mamaku"Saya mau bertemu dengan putri ibu" Mama bergegas memanggilku untuk ke teras ngobrol dengan bapak kepalah terasa detik berganti menit ke jam aku ngobrol dengan bapak kepalah sekolah. Ternyata bapak kepalah sekolah menawarkan apakah aku bersedia menjadi guru di SD sebelah saat tidak ada jam kuliah karena mendengar diriku termasuk mahasiswi terbaik di kampus. Aku kaget terdiam bahagia bisa ngajar di tempat SD ku dulu dalam hati bergumam, "Aku masih semester satu tapi ada yang menawariku menjadi guru".Ini sebuah mimpi anak SD menjadi kenyataan, tanpa berfikir panjang tanpa bertanya lagi pada mama dan papa aku terima tawaran bapak kepsek SD sebelah fajar tersenyum indah pagi cerah menyapa dengan bahagia aku bergegas memakai baju rapi, berkerudung penuh hitam menandakan kedisiplinan, dan membawa tas mungil aku berkaca dalam hati bergumam "Aku bak seorang guru favoritku saat di bangku SD bu ratih" Aku berjalan menuju gerbang SD saat satpam membukakan gerbang tersenyum menyapaku "Enam setengah tahun yang lalu kamu seorang murid sekarang kamu seorang guru" sapaan satpam Dengan tersenyum aku menjawab, "Iya ya pak takdir manusia hanya tuhan yang tauh"Aku melangkakahkan kakiku ke sebuah ruangan yang berlabelkan kantor guru. Aku disambut seorang ibu guru yang cantik yakni guru favoritku ibu ratih penuh senyum kehangatan berganti bulan, bulan berganti tahun, tak terasa aku mengabdikan diri di SD ini sudah satu tahun aku mulai mengenal, paham mengerti lingkungan sekolah terutama karakter peserta didik dan tak ku sangkah tak ku duga kehidupan profesi muliah tak seindah sesuci yang aku nilai saat duduk di bangku sekolah. Ada satu dua guru yang berkarakter suka ngibah, fitnah, adu domba dan bahkan ada perselingkuhan di jam bel pulang berbunyi aku keluar kelas menuju ruangan UKS untuk mengambil obat sakit perut aku tak sengaja melihat pemandangan yang membuatku tak sadar ini mimpi atau nyata guru favoritku dibangku ratih bermesraan dengan pak guru yang bukan muhrimnya. Mereka sama-sama mempunyai keluarga tapi melakukan hal sekeji itu di tempat muliah berlabelkan guru. Dengen meneteskan air mata aku pelan-pelan berjalan mundur meninggalkan ruangan UKS aku bersedih penuh kekecewaan kenapa guru favoritku teladanku seperti itu. 1 2 3 4 Lihat Cerpen Selengkapnya JurnalTuturan, Vol. 7, No. 1, Mei 2018 PISSN 2089-2616 EISSN 2615-3572 KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI MORAL DALAM ANTOLOGI 20 CERPEN PILIHAN KOMPAS SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR CERITA PENDEK DI SMA Suherli Kusmana Yatimah Program Pascasarjana Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Email : Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Assalamu'alaikum Wr. WbMembahas mengenai kesabaran seorang guru. Kesabaran merupakan suatu sikap yang ada pada diri seseorang yang mampu menahan dirinya agar tidak mudah melakukan tindakan yang salah. Kesabaran juga dapat diartikan sebagai ketelatenan seseorang dalam melakukan sesuatu. Bukan hanya itu kesabaran merupakan suatu sikap yang mampu menghadapi sesuatu yang sebenarnya sangat menjengkelkan hati seseorang. Sikap sabar ini perlu dimiliki oleh seorang guru. Mengapa demikian? Karena sebagai seorang guru kita harus sabar dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi di kehidupan sih kesabaran dari seorang guru itu? Ada beberapa aspek yang dapat dikategorikan sebagai kesabaran dari seorang guru. Yaitu seorang guru yg sabar menghadapi perkembangan dan pertumbuhan seorang siswa karena disini dari masing-masing siswa tingkat perkembangan dan pertumbuhannya itu tidak sama. Ada yang cepat dalam menangkap pelajaran dan ada juga yang lambat. Disini sikap sabar harus dimiliki oleh setiap guru. Bagaimana guru itu mampu mengatasi perbedaan daya tangkap guru harus sabar dalam mengajari siswa nya. Artinya guru ini harus sabar dalam memberikan pengetahuan pada siswa, karena terkadang ada siswa yang nakal atau tidak mau dikasih tau. Contohnya anak TK yang masih bersifat kekanak-kanakan. Nah ini bagaimana seorang guru itu harus sabar dalam memberikan pembelajaran pada siswanya. Maka dari itu kebanyakan guru TK bersifat sabar semua. Karena emang guru TK ini diuji kesabaran dalam membimbing anak didiknya yang masih masa peralihan atau masa masa awal masuk guru harus sabar dalam menghadapi karakteristik dari setiap anak didiknya. Dari anak didik yang satu dg yang lain itu berbeda-beda. Jadi, seorang guru harus mampu mengetahui karakteristik dari masing masing anak didiknya. Contohnya anak didik yang bersifat nakal, nah disini guru harus bisa mengendalikan emosinya agar tidak larut pada kemarahan yang mengakibatkan anak didiknya ketakutan. Bila anak didiknya itu nakal, maka hal yang harus dilakukan oleh seorang guru bukan memarahinya melainkan membimbingnya, menasihati dg sabarsupaya mau berubah ke jalan yang lebih baik lagi. Terkadang ada beberapa guru yang terbawa emosi dengan kenakalan anak didinya, sehingga ia lebih memilih untuk memarahinya daripada menasehati nya. Jika dilihat dari perkembangan sekarang siswa kebanyakan tidak suka dinasehati. Maka dari itu banyak guru-guru yang lebih memilih untuk mengerasi atau menghukum siswanya. Sebenernya hal itu bagus bagus saja. Cuman berilah hukuman yang setara, yang sesuai dengan perilakunya, yang tidak menyakiti siswanya. Akan tetapi alangkah baiknya jika guru itu mau mengajak bicara dulu siswa yang bermasalah tadi, kemudian menasehatinya pelan-pelan. Jika dengan hal itu masih belum bisa merubah sikapnya, barulah guru itu boleh memberikan. Hukuman sebagai bentuk ketika kita menjadi seorang guru sebaiknya tanamkan sikap sabar pada diri kita, karena seorang guruiti harus mempunyai sikap sabar. Sabar menghadapi tingkah laku anak didiknya, sabar dalam mengajari materinya, sabar dalam menghadapi ketidakpahaman siswanya, serta sabar dalam menghadapi apapun yang terjadi dalam diri anak didiknya.. Lihat Humaniora Selengkapnya

Walaupunmereka adalah dua orang yang memiliki karakter,fisik dan kehidupan yang sangat berbeda mereka tetap mau saling bahu membahu,saling menasehati,dan saling sharing masalah-masalah yang sedang mereka hadapi.Mereka berdua tergolong teman yang sangat dekat ya seperti sahabatlah kalau orang bilang,selain mereka satu Sekolah dan satu

CERPENPENDEK. SEPASANG KASUT LARI. Aiman memulas kasar tombol pintu biliknya lalu dia menghempas daun pintu itu sehingga mengejutkan adiknya yang sedang lena diulit mimpi. Ternyata tindakannya itu memeranjatkan ibunya. Si ayah pula hanya membatukan diri menyambung bacaannya. Makadari itu, sabar bukanlah teori, melainkan suatu ilmu yang didapatkan dari tindakan secara langsung. Oleh karena itu, seseorang yang menerangkan akan pengertian sabar, bukan berarti dirinya juga telah memiliki ilmu sabar. Hal ini seperti diibaratkan seorang guru yang menerangkan suatu negara, belum tentu dirinya pernah ke negara tersebut. Kumpulancerpen pendidikan Cerpen Pendidikan – Mengukir Pelangi Di Negeri Rangsang Suasana pagi nan indah, semilir angin yang berhembus dari arah laut, menyeberangi bebatuan pantai yang berbaris dengan rapi di mulut pantai. Tak tertinggal, burung-burung berterbangan di sekitaran semenanjung pantai sembari bersiul mesra menyambut indahnya pagi.

MakaSalman pun geram karena si anak baru itu telah mengambil semua yang sudah milik selama ini, mulai dari bintang kelas hingga sekarang pacar, padahal maksud sang kekasih itu hanyalah ingin meminjam pulpen. Karena Salman tidak kuat lagi menahankan kesabaran, ia pun tanpa berpikir panjang memukul meja dengan kuat.

.
  • 67rmgafzo7.pages.dev/43
  • 67rmgafzo7.pages.dev/264
  • 67rmgafzo7.pages.dev/383
  • 67rmgafzo7.pages.dev/366
  • 67rmgafzo7.pages.dev/858
  • 67rmgafzo7.pages.dev/777
  • 67rmgafzo7.pages.dev/235
  • 67rmgafzo7.pages.dev/69
  • 67rmgafzo7.pages.dev/773
  • 67rmgafzo7.pages.dev/113
  • 67rmgafzo7.pages.dev/568
  • 67rmgafzo7.pages.dev/38
  • 67rmgafzo7.pages.dev/841
  • 67rmgafzo7.pages.dev/507
  • 67rmgafzo7.pages.dev/14
  • cerpen tentang guru yang sabar